Selasa, 18 Oktober 2016

Pola Makan Mempengaruhi Kesehatan Tubuh


Pertanyaan itu wajar timbul bila melihat fenomena perkembangan penyakit yang begitu cepat dewasa ini. Apakah karena akibat kemajuan teknologi, atau memang manusianya sendiri yang sudah tak perduli dengan kesehatan.

Untuk mencari jawaban yang tepat memang sangat sulit, apalagi untuk menyamaratakan jawaban untuk semua jenis penyakit yang muncul. Jawaban untuk penyakit radikal bebas pasti berbeda hepatitis atau kanker sekalipun.

Menurut Prof. Randolf Nesse dari University of Michigan, tubuh kita manusia tidak didesain untuk menghadapi abad modern. Sebagai tokoh Darwinisme medicine, ia teguh pada pendirian bahwa pola dan gaya hidup modern yang membuat lebih banyak orang sakit, selain jenis penyakit (baru) bermunculan. Lebih lanjut ia menjelaskan, 'Penyakit manajer' yang di dunia medis dikenal sebagai Manager's diseases merupakan bukti ada ketidaksesuaian pasak dari tiang (mismatch) antara tubuh manusia dengan lingkungannya.

Rumah sakit modern banyak merawat orang yang menjadi korban mismatch, yang kondisi fisiknya tidak lagi seperti nenek moyangnya dulu. Salah satunya, soal diet. Tubuh manusia sesungguhnya didesain berjalan kaki 20 mil sehari untuk mencari makan dan minum. Dietnya dipetik dari alam dari jenis yang serba berserat, rendah lemak, dan amat sedikit garam dapur. Kultur makan seperti itu yang masih tersisa di zaman modern, bisa ditemukan pada orang Eskimo, suku Dayak, dan suku-suku di pedalaman lain. Mereka tidak gemuk, tidak terserang darah tinggi, tidak mengidap sakit jantung atau kanker sebanyak orang modern.

Perjalanan evolusi manusia yang menyebabkan kebanyakan manusia sukar mematuhi nasihat kesehatan. Tubuh juga mudah beradaptasi untuk menyukai yang sebetulnya tidak sehat, seperti merokok, menu berlemak, dan kurang gerak. Itu sebab penyakit-penyakit yang dulu tak muncul, kini malah tampil ke permukaan.

Manusia makin jadi pecundang tiap kali menempuh perjuangannya melawan penyakit. Kurang menu berserat, banyak lemak dan daging, tak lancar buang air besar yang banyak dikeluhkan orang modern menjadi penyebab mengapa kanker usus besar semakin meningkat pada orang modern.

Berdasarkan data satu dari 11 orang di dunia mengidap darah tinggi. Padahal, Suku Hunza di Pakistan rata-rata panjang umur. Pasalnya, mereka lebih banyak makan sayur, umbi-umbian, dan bebuahan. Terbukti sekarang bahwa mereka yang vegetarian seperti suku yang rata-rata berumur panjang itu tensi darahnya lebih rendah dibanding orang yang menu hariannya banyak daging. Karena daging dicerna lebih lama dibanding sayur.

Untuk mengkompensasi pencernaan itulah tubuh membutuhkan oksigen lebih banyak dalam metabolismenya. Penyakit kultur modern menggiring orang-oang makan lebih banyak garam dapur. Asin menjadi cita rasa dominan. Asupan garam dapur orang Amerika, seperti juga kultur modern umumnya, rata-rata 9 gram (hampir dua sendok teh), yang diperoleh dari restoran dan makanan siap saji. Padahal, kebutuhan tubuh paling banyak hanya 2,5 gram saja. Kelebihan sodium itu yang membebani tubuh, dan itu yang berakibat tingginya angka hipertensi di kalangan orang modern.

Sekarang di negara maju, para dokter berlomba menciptakan diet sehat DASH untuk mengendalikan hipertensi (Dietary approach to stop hypertension). Dasar ilmiahnya menekan kandungan natrium (sodium) menjadi serendah mungkin, dengan pilihan menu lebih banyak sayur dan buah ketimbang dedagingan. Asupan sodium orang Amerika yang mengonsumsi 9 gram garam dapur sekitar 3,5 gram/hari. Itu jauh melebihi kebutuhan harian sodium tubuh. Ketegangan hidup orang modern juga merangsang saraf simpatik (penggiat), akibat hormon stres adrenalin terus diperas membanjiri darah. Itu juga yang memacu tekanan darah orang yang hidup di kota besar menjadi lebih meningkat (diastolic hypertension), batas tekanan bawahnya cenderung terus meninggi.

Orang modern yang sebetulnya tidak berbakat darah tinggi (sebagian hipertensi sebetulnya bawaan), tensinya berfluktuasi naik turun melompat-lompat tak terkendali. Tensi liar begini disebabkan antara lain oleh konsumsi daging, lemak, kolesterol yang berlebihan. Pembuluh arterial cenderung menguncup (konstriksi). Kalangan medik menjuluki gejala ini sebagai kultur McDonaldization, ketika gerai burger di mana-mana sudah merambah ke desa-desa.

Dulu tradisi makan orang desa rata-rata bersumber dari ubi, singkong, jagung, yang oleh kultur orang modern berubah menjadi roti, makanan kaleng, penyedap, dan menu olahan. Pada saat yang sama, orang modern sendiri kini sudah mulai menyadari pentingnya menu yang kembali ke alam, dengan memilih sayur dan buah organik, makan gandum, umbiumbian, dan menjauhi menu restoran siap saji. Orang modern belakangan ini banyak belajar dari cara makan orang Eskimo dan penduduk Okinawa Jepang yang lebih banyak mengonsumsi ikan. Dan orang Italia yang doyan makan kacang-kacangan. Dari suku Hunza yang panjang umur sebab menu utamanya dari alam.

Sementara pada saat yang sama hampir semua hidangan menu modern banyak kehilangan zat gizi yang dikandung bahan alam. Sebagian zat gizi yang bersifat esensial. Jangan anggap enteng kekurangan zat nutrisi dalam menu harian. Gejala orang modern menderita kekurangan gizi, bukan isapan jempol belaka. Kejanggalan itu terjadi lantaran cara orang-orang merawat hidup sudah menyalahi kaidah hidup yang sesuai desain tubuh sebagaimana mestinya. Struktur dan susunan gigi geligi manusia saja sudah memperlihatkan kalau tubuh kita didesain untuk lebih banyak mengasup makanan berserat ketimbang dedagingan.

Kekurangan vitamin, mineral, berpotensi memunculkan penyakit baru atau penyakit yang seharusnya tidak ada. Peran vitamin B6, B12, asam folat terhadap homocysteine, misalnya. Belakangan ini diketahui kalau asam amino homocysteine yang ada dalam darah menyumbangkan efek pembentukan karat lemak pembuluh darah koroner dan otak (Dr. David Tanne). Kadar homocysteine ternyata lebih tinggi dibanding orang normal pada orang-orang yang mewarisi gen itu. Faktor homocysteine merupakan penimbang lainnya yang menyokong terbentuknya karat lemak dinding pembuluh darah (aterosklerosis).

Kolesterol tinggi saja belum tentu membentuk karat lemak bila homocyteine tidak tinggi, atau bila tidak ada peradangan pembuluh, atau bila tak ada lemak jahat lainnya. Karena itu, dilihat kalau terbentuknya karat lemak disumbangkan oleh banyak faktor, selain tingginya lemak darah. Kadar homocysteine tinggi bisa ditekan oleh vitamin B6, B12, dan asam folat, yang murah dan mudah didapat dalam menu harian.


Namun, bila menu harian kita kebanyakan menu olahan, bukan menu alam, bisa kekurangan vitamin yang murah itu. Selenium, manganese, magnesium, kendati dalam takaran sedikit, tetap dibutuhkan demi kesehatan jantung, misalnya. Juga peran koenzim Q1O (CoQ10) pada fungsi jantung. Diduga, menu dan cara makan orang modern banyak menurunkan kecukupan zat gizi harian. Di antaranya, zat gizi esensial, yakni yang harus ada dalam menu, sebab tubuh tak bisa membuatnya sendiri. Teori yang menyebutkan bahwa tubuh manusia diprogram untuk mampu hidup sampai 120 tahun, namun akan sia-sia bila tidak didukung upaya perawatan optimal. Kunci besar untuk itu ada pada diet harian kita. (to/eramuslim)

7 komentar: